Sunday 28 November 2010

ALIRAN MAZHAB TAFSIR RIWAYAT : FI ZHILAL AL-QUR’AN KARYA SAYYID QUTHB

ALIRAN MAZHAB TAFSIR RIWAYAT : FI ZHILAL AL-QUR’AN
KARYA SAYYID QUTHB

A. Biografi Sayyid Quthb
Nama lengkapnya adalah Sayyid Quthb Ibrahim Husain Syadzili. Dia dilahirkan pada tanggal 9 oktober 1906 M. Di kota Asyut, salah satu daerah di Mesir. Dia merupakan anak tertua dari lima bersaudara, dua laki-laki dan tiga perempuan.
Ayahnya bernama Al-Haj Quthb Ibrahim, ia termasuk anggota Partai Nasionalis Musthafa Kamil sekaligus pengelola majalah Al-Liwa’ salah satu majalah yang berkembang pada saat itu. Quthb muda adalah seorang yang pandai. Konon, pada usianya yang relative muda, dia telah berhasil menghafal Al-Qur’an di luar kepala pada umurnya yang ke-10 tahun. Pendidikan dasarnya dia peroleh dari sekolah pemerintah selain yang dia dapatkan dari sekolah Kuttab (TPA).

Pada tahun 1918 M, dia berhasil menamatkan pendidikan dasarnya. Pada tahun 1921 Sayyid Quthb berangkat ke kairo untuk melanjutkan pendidikannya di MadrasahTsanawiyah. Pada masa mudanya, ia pindah ke Helwan untuk tinggal bersama pamannya, Ahmad Husain Utsmanyang merupakan seorang jurnalis. Pada tahun 1925, ia masuk ke institusi diklat keguruan, dan lulus tiga tahun kemudian. Lalu ia melanjutkan jenjang perguruannya di Universitas Dar al-Ulum hingga memperoleh gelar sarjana (Lc) dalambidang sastra sekaligus diploma pendidikan.
Dalam kesehariannya, ia bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas tersebut. Selain itu, ia juga diangkat sebagai penilikpada kementrian pendidikan dan pengajaran Mesir, hingga akhirnya ia menjabat sebagai inspektur. Sayyid Quthb bekerja dalam kementrian tersebut hanya beberapa tahun saja. Beliau kemudian mengundurkan dirisetelah melihat adanya ketidak cocokan terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang pendidikan karena terlalu tunduk oleh pemerintah Inggris.
1
Pada waktu bekerja dalam pendidikan tersebut, beliau mendapatkan kesempatan belajar ke USA untuk kuliah di Wilson’s Teacher College dan Stanford University dan berhasil memperoleh gelar M.A di bidang pendidikan. Beliau tinggal di Amerika selama dua setengah tahun, dan hilir mudik antara Washington dan California. Melalui pengamatan langsung terhadap peradaban dan kebudayaan yang berkembang di Amerika, Sayyid Quthb melihat bahwa sekali pun barat telah berhasil meraih kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi, namun sesungguhnya ia merupakan peredaban yang rapuh karena kosong dari nilai-nilai spiritual.
Dari pengalaman yang diperoleh selama belajar di barat inilah yang kemudian memunculkan paradigm baru dalam pemikiran Sayyid Quthb. Atau, bisa juga dikatakan sebagai titik tolak kerangka berfikir sang pembaharu masa depan. Sepulangnya dari belajar di negeri barat, Sayyid Quthb langsungbergabung dalam keanggotaan gerakan Ikhwan al-Musliminyang dipelopori oleh Hasan al-Banna. Dan dia juga banyak menulis secara terang-terangan tentang masalah keislaman. Dari organisasi inilah beliau lantas banyak menyerap pemikiran-pemikiran Hasan al-Banna dan Abu al-A’la al-Maududi.
Sepanjang hayatnya, Sayyid Quthb telah menghasilkan lebih dari dua puluh buah karya dalam berbagai bidang. Salah satu diantaranya adalah Fi Zhilal Al-Qur’an.
Pada tahun 1965, Sayyid Quthb divonis hukuman mati atas tuduhan perencanaan menggulingkan pemerintahan Gamal Abdul Nasher. Menurut sebuah sumber, sebelum dilakukan eksekusi, Gamal Abdul Nasher pernah meminta Sayyid Quthb untuk meminta maaf atas tindakan yang hendak dilakukannya. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Sayyid Quthb.
B. Metode Penulisan Kitab Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an

2
Dalam kitab tafsir Fi Zhilal al-Qur’an, Sayyid Quthb menafsirkan al-Qur’an ayat demi ayat, surat demi surat, dari juz pertama hingga juz terakhir. Dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Tafsir yang disusun demikian disebut sebagai Tafsir Tahlili.
Beliau memulai penafsiran suatu surat dengan memberikan gambaran ringkas kandungan surat yang akan dikaji secara rinci. Dalam permulaan tafsir surat Al-Fatihah misalnya, Sayyid Quthb mengemukakan bahwa dalam surat ini tersempul prinsip-prinsip akidah islam, konsepsi-konsepsi islam, dan pengarahan-pengarahannya yang mengidentifikasikan hikmah.
Dalam menafsirkan surat-surat yang panjang, dia mengelompokan sejumlah ayat sebagian kesatuan, sesuai dengan pesan yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut. Contohnya seperti surat Al-Baqarah, dia menetapkan ayat pertama sampai dengan ayat 29 sebagai bagian pertama pembahasan, selanjutnya beliau menafsirkan ayat 30 sampai dengan ayat 39 dan seterusnya.
Keistimewaan dan ciri khas yang beliau miliki pula adalah dalam pola pengungkapan atau Uslub penafsirannya, sebagaimana yang beliau ungkapkan sendiri dalam karyanya At-TashwirAl-Fanni Fi Al-Qur’an dadalah dengan metode Tashwir (abstraksi/penggambaran).
Dalam menafsirkan ayat, Sayyid Quthb menggunakan tafsirannya dengan tafsir bi al-Riwayah. Ada beberapa rujukan yang beliau pergunakan untuk menafsirkan Al-Qur’an, yaitu diantaranya :
1. Menafsirkan ayat dengan ayat-ayat Qur’an sebagai penjelas
2. Menggunakan hadits-hadits Nabi sebagai penjelas
3. Melengkapi tafsirnya dengan perkataan Sahabat
4. Mengutip pendapat-pendapat ulam terdahulu
5. Merujuk pada tulisan-tulisannya terdahulu dan tulisan-tulisan dari penulis-penulis lain yang relevan
3
6. Menggunakan sumber lain selain Qur’an-Hadits dalam hal ini perjanjian lama

7. Melengkapi tafsirannya dengan data tarikh menenai situasi saat Al-Qur’an diturunkan
C. Corak Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an
Corak tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an adalah sastra budaya dan kemasyarakatan (Al-Adab Al-Ijtima’i). yaitu tafsir yang menitik beratkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’anpada segi ketelitian redaksinya. Kemudian menyusun kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama dan tujuan-tujuan Al-Qur’an yaitu membawa petunjuk dalam kehidupan, kemudian menggabungkannya dengan pengertian-pengertian ayat tersebut dengan hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan dunia.
Sayyid Quthb menitik beratkan penjelasan ayat-ayat Qur’an pada segi ketelitian redaksionalnya, menonjolkan tujuan turunnya sebagai petunjuk dalam kehidupan, dan merangkaikan pengertian ayat dengan sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan dunia. Penafsirannya bertumpu pada penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an sendiri, Sunnah Rasul, dan riwayat-riwayat Sahabat serta pendapat-pendapat ulama-ulama otoritatif yang mendahuluinya.











4

No comments:

Post a Comment

mau dapat penghasilan gratis? klik di bawah ini !

readbud - get paid to read and rate articles